Bagaimana Guru Melaksanakan Pembelajaran Membaca Puisi Pada Anak Didiknya
Bagaimana Guru Melaksanakan Pembelajaran Membaca Puisi Pada Anak Didiknya
Terkadang seorang guru bingung dalam melaksanakan pembelajaran tentang membaca puisi. Jangan bingung karena dalam artikel ini dikupas tentang bagaimana seorang guru memberikan pembelajaran membaca puisi. Bagaimana caranya? Anda penasaran? Mari kita mulai saja.
Membaca puisi tidak seperti membaca biasa. Membaca pusi memerlukan konsentrasi penuh. Membaca puisi memerlukan penghayatan yang mendalam. Membaca puisi harus disertai dengan ekspresi yang tepat. Membaca puisi harus menggunakan mimik yany tepat. Membaca puisi harus dengan intonasi suara yang tepat. Itulah beberapa teknik membaca puisi yang baik.
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah sebuah proses edukatif yang dilaksanakan secara sistematis dan disengaja. Dalam situasi edukatif, esensi pembelajaran adalah peristiwa berlangsungnya transformasi skill yang terbingkai dalam kompetensi dasar dari guru kepada peserta didik. Kebermaknaan skill bagi peserta didik sebagai mata rantai dari proses edukatif, di satu sisi merupakan parameter sampai seberapa jauh sebuah pembelajaran diupayakan, sementara di sisi lain, untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik dapat menguasai kompetensi dasar yang ditentukan. Oleh karena itu, karena pada sisi ini pembelajaran menjadi sebuah keniscayaan yang amat menentukan, maka pembelajaran harus dirancang, dipersiapkan, dan dikelola dengan sebaik-baiknya.
B. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (2007/2008: 78).
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki 2 (dua) tujuan, yakni: (1) Memiliki kemampuan untuk menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (2) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2. Puisi
Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani “poio” yang berarti (1) membangun, (2) menyebabkan, menimbulkan, dan (3) membuat puisi (Slamet Mulyana dalam Baribin, 1990: 1). Jadi berdasarkan pengertian kata, puisi berarti ucapan yang dibangun, maksudnya ungkapan yang tidak langsung.
Sementara itu di dalam KBBI, puisi diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (2007: 903)
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ucapan yang dibangun dengan bahasa yang dipilih secara cermat sehingga membangkitkan tanggapan khusus dari pembaca.
C. Permasalahan Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi pembelajaran dengan Standar Kompetensi ”Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi”. Dari Standar Kompetensi tersebut, Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa yaitu ”Membaca puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat”.
Pada kenyataannya, tidak sedikit guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dengan materi tersebut. Namun demikian, sebenarnya inti permasalahan bukan terletak pada sulitnya kompetensi dasar yang harus dimiliki perserta didik, melainkan terletak pada bagaimana kesungguhan guru dalam mengusahakan pembelajaran yang menarik.
D. Strategi Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah
1. Aspek yang harus diperhatikan
Berkenaan dengan tuntutan kompetensi dasar tersebut, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Dengan mencermati aspek di bawah ini, diharapkan pembacaan puisi lebih hidup. Aspek yang dimaksud yaitu:
a. Konsentarasi/focus
Usahakan siswa harus konsentrasi/focus penuh pada puisi yang akan dibaca, karena focus adalah salah satu kunci keberhasilan dalam segala hal.
b. Penghayatan
Usahakan siswa memahami isi dari puisi tersebut, maksudnya apa, intinya apa, membahas mengenai apa, dan alangkah lebih baiknya siswa disuruh membuat puisi sendiri/karya sendiri sehingga mereka mengerti maksud dan arti puisi tersebut.
c. Mimik yang tepat
Mimik adalah isyarat muka, wajah atau anggota tubuh lainnya yang mengisyaratkan keadaan dan suasana suatu kejadian atau perasaan.
d. Vokal
Hal-hal yang berkaitan dengan vokal yaitu kejelasan ucapan, keras lemah volume suara, dan permainan suara. Tidak ada keharusan membaca puisi harus keras, tapi membaca puisi untuk orang banyak harus bisa didengar secara jelas oleh semua pendengar.
e. Interpretasi
Kata yang maknanya sama dengan interpretasi yaitu penafsiran. Agar kita bisa membaca dengan tepat, puisi harus ditafsirkan, baik maknanya, pesan yang terkandung di dalamnya, bahkan tiap kata, frasa, dan kalimat-kalimatnya. Kadang ada sebaris kalimat yang harus dibagi menjadi dua. Kadang ada pula dua baris kalimat yang dibaca secara beruntun seolah-olah merupakan satu kalimat.
f. Ekspresi
Ekspresi merupakan bentuk dari interpretasi. Ekspresi berkaitan dengan segala gerak (gerak tangan, kaki, kelenturan tubuh atau gestur) dan isyarat tubuh (penampakan sedih, gembira, kecewa, marah melalui raut muka). Improvisasi juga termasuk dalam ekspresi.
g. Penampilan
Penampilan dalam pembacaan puisi berkaitan dengan penguasaan panggung, ketenangan, tempo dan irama, serta bagaimana memulai dan mengakhiri pembacaan. Penampilan tidak berhubungan dengan kostum maupun tata rias.
3. Langkah-langkah dalam pembacaan puisi
a. Sebelum pembacaan
Langkah yang tidak boleh dilupakan sebelum pembacaan puisi yaitu memberi tanda pada teks puisi. Misalnya garis miring tunggal (/) untuk menandai jeda sejenak. Garis miring ganda (//) untuk membandai jeda lebih lama. Garis lengkung ke atas berarti dibaca meninggi. Garis lengkung ke bawah dibaca menurun. Garis datar dibaca mendatar.
Contoh Puisi:
Guruku
(karya Turiyo Ragilputra)
Ketika embun masih menetes
kabut menyelimuti jalan berdebu
kau kayuh sepeda tuamu
Berkereotan suara pedal
bergemeratakan pula suara rantai
bersusulan dengan napasmu yang memburu
sebab kau takut mencuri waktu
“Selamat pagi, Pak Guru,” sambut kami semua
berebutan kami berjabat tangan dan menuntunkan sepeda
“Selamat pagi, anak-anakku,” jawabnya tulus
sambil melap keringat dengan sapu tangan
yang membasahi sekujur badan
Guruku, kaulah pahlawan pujaan
lentera abadi di kegelapan
(Surat Perdamaian, 2011: 68)
b. Saat pembacaan
Pada saat pembacaan, ciptakan agar suasana kelas hening. Tidak ada peserta didik saling berbicara. Tekankan kepada peserta didik agar dapat memberi penghargaan kepada teman yang sedang membaca puisi, misalnya dengan tepuk tangan atau komentar bernada pujian.
c. Setelah pembacaan
Setelah pembacaan puisi, guru perlu memberi komentar-komentar yang bersifat pencerahan. Berilah saran kepada peserta didik, bagian-bagian mana dari puisi yang pembacaannya perlu diperbaiki. Tidak kalah adalah menanamkan apresiasi pada pribadi siswa agar dapat menghargai karya sastra, dalam hal ini puisi. Sebab di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2017/2018 disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran sastra adalah menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
E. Penutup
Demikianlah uraian singkat tentang bagaimana membaca puisi karya sendiri. Di atas semua itu, sebenarnya pembelajaran membaca puisi merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada guru untuk mengeksploitasi kemampuan dan kreativitas. Apa yang telah dikemukakan hanyalah salah satu cara dari banyak cara yang belum ditemukan. Semoga melalui kegiatan KKG, ditemukan banyak teknik/strategi/pendekatan yang lebih menarik minat dan perhatian siswa sehingga pembelajaran membaca puisi karya sendiri dapat berhasil dengan memuaskan.***
Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima
Baribin, Ny. Raminah. 1990. Teori dan Apresiasi Puisi. Semarang: IKIP Semarang Press
Damono, Sapardi Djoko. 1983. Perahu Kertas. Jakarta: Balai Pustaka
Hartoko, Dick. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Hutomo, Suripan Sadi. 1997. Ziarah ke Dunia Penyair. Malang: Yayasan Mitra Alam Sejati (MIAS)
Ismail, Taufik. 2003. Penulisan Puisi (Modul Pegangan Peseta Diklat Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra MMAS) pada Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra Jakarta)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar/Madrasah Ibdidaiyah 2017/2018.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori dan Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pradopo, Rahmat Djoko. 2006. Mitos Kentut Semar. Yogyakarta: Poetindo
Ragilputra, Turiyo. 2011. Surat Perdamaian (Kumpulan Puisi). Surabaya: Iravi Jaya
Simatupang, Iwan. 1993. Ziarah Malam, Sajak-sajak 1952 – 1967. Jakarta: Grasindo
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Sumber https://www.anekapendidikan.com/
Terkadang seorang guru bingung dalam melaksanakan pembelajaran tentang membaca puisi. Jangan bingung karena dalam artikel ini dikupas tentang bagaimana seorang guru memberikan pembelajaran membaca puisi. Bagaimana caranya? Anda penasaran? Mari kita mulai saja.
Membaca puisi tidak seperti membaca biasa. Membaca pusi memerlukan konsentrasi penuh. Membaca puisi memerlukan penghayatan yang mendalam. Membaca puisi harus disertai dengan ekspresi yang tepat. Membaca puisi harus menggunakan mimik yany tepat. Membaca puisi harus dengan intonasi suara yang tepat. Itulah beberapa teknik membaca puisi yang baik.
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah sebuah proses edukatif yang dilaksanakan secara sistematis dan disengaja. Dalam situasi edukatif, esensi pembelajaran adalah peristiwa berlangsungnya transformasi skill yang terbingkai dalam kompetensi dasar dari guru kepada peserta didik. Kebermaknaan skill bagi peserta didik sebagai mata rantai dari proses edukatif, di satu sisi merupakan parameter sampai seberapa jauh sebuah pembelajaran diupayakan, sementara di sisi lain, untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik dapat menguasai kompetensi dasar yang ditentukan. Oleh karena itu, karena pada sisi ini pembelajaran menjadi sebuah keniscayaan yang amat menentukan, maka pembelajaran harus dirancang, dipersiapkan, dan dikelola dengan sebaik-baiknya.
B. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (2007/2008: 78).
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki 2 (dua) tujuan, yakni: (1) Memiliki kemampuan untuk menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (2) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2. Puisi
Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani “poio” yang berarti (1) membangun, (2) menyebabkan, menimbulkan, dan (3) membuat puisi (Slamet Mulyana dalam Baribin, 1990: 1). Jadi berdasarkan pengertian kata, puisi berarti ucapan yang dibangun, maksudnya ungkapan yang tidak langsung.
Sementara itu di dalam KBBI, puisi diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (2007: 903)
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ucapan yang dibangun dengan bahasa yang dipilih secara cermat sehingga membangkitkan tanggapan khusus dari pembaca.
C. Permasalahan Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi pembelajaran dengan Standar Kompetensi ”Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi”. Dari Standar Kompetensi tersebut, Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa yaitu ”Membaca puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat”.
Pada kenyataannya, tidak sedikit guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dengan materi tersebut. Namun demikian, sebenarnya inti permasalahan bukan terletak pada sulitnya kompetensi dasar yang harus dimiliki perserta didik, melainkan terletak pada bagaimana kesungguhan guru dalam mengusahakan pembelajaran yang menarik.
D. Strategi Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah
1. Aspek yang harus diperhatikan
Berkenaan dengan tuntutan kompetensi dasar tersebut, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Dengan mencermati aspek di bawah ini, diharapkan pembacaan puisi lebih hidup. Aspek yang dimaksud yaitu:
a. Konsentarasi/focus
Usahakan siswa harus konsentrasi/focus penuh pada puisi yang akan dibaca, karena focus adalah salah satu kunci keberhasilan dalam segala hal.
b. Penghayatan
Usahakan siswa memahami isi dari puisi tersebut, maksudnya apa, intinya apa, membahas mengenai apa, dan alangkah lebih baiknya siswa disuruh membuat puisi sendiri/karya sendiri sehingga mereka mengerti maksud dan arti puisi tersebut.
c. Mimik yang tepat
Mimik adalah isyarat muka, wajah atau anggota tubuh lainnya yang mengisyaratkan keadaan dan suasana suatu kejadian atau perasaan.
d. Vokal
Hal-hal yang berkaitan dengan vokal yaitu kejelasan ucapan, keras lemah volume suara, dan permainan suara. Tidak ada keharusan membaca puisi harus keras, tapi membaca puisi untuk orang banyak harus bisa didengar secara jelas oleh semua pendengar.
e. Interpretasi
Kata yang maknanya sama dengan interpretasi yaitu penafsiran. Agar kita bisa membaca dengan tepat, puisi harus ditafsirkan, baik maknanya, pesan yang terkandung di dalamnya, bahkan tiap kata, frasa, dan kalimat-kalimatnya. Kadang ada sebaris kalimat yang harus dibagi menjadi dua. Kadang ada pula dua baris kalimat yang dibaca secara beruntun seolah-olah merupakan satu kalimat.
f. Ekspresi
Ekspresi merupakan bentuk dari interpretasi. Ekspresi berkaitan dengan segala gerak (gerak tangan, kaki, kelenturan tubuh atau gestur) dan isyarat tubuh (penampakan sedih, gembira, kecewa, marah melalui raut muka). Improvisasi juga termasuk dalam ekspresi.
g. Penampilan
Penampilan dalam pembacaan puisi berkaitan dengan penguasaan panggung, ketenangan, tempo dan irama, serta bagaimana memulai dan mengakhiri pembacaan. Penampilan tidak berhubungan dengan kostum maupun tata rias.
3. Langkah-langkah dalam pembacaan puisi
a. Sebelum pembacaan
Langkah yang tidak boleh dilupakan sebelum pembacaan puisi yaitu memberi tanda pada teks puisi. Misalnya garis miring tunggal (/) untuk menandai jeda sejenak. Garis miring ganda (//) untuk membandai jeda lebih lama. Garis lengkung ke atas berarti dibaca meninggi. Garis lengkung ke bawah dibaca menurun. Garis datar dibaca mendatar.
Contoh Puisi:
Guruku
(karya Turiyo Ragilputra)
Ketika embun masih menetes
kabut menyelimuti jalan berdebu
kau kayuh sepeda tuamu
Berkereotan suara pedal
bergemeratakan pula suara rantai
bersusulan dengan napasmu yang memburu
sebab kau takut mencuri waktu
“Selamat pagi, Pak Guru,” sambut kami semua
berebutan kami berjabat tangan dan menuntunkan sepeda
“Selamat pagi, anak-anakku,” jawabnya tulus
sambil melap keringat dengan sapu tangan
yang membasahi sekujur badan
Guruku, kaulah pahlawan pujaan
lentera abadi di kegelapan
(Surat Perdamaian, 2011: 68)
b. Saat pembacaan
Pada saat pembacaan, ciptakan agar suasana kelas hening. Tidak ada peserta didik saling berbicara. Tekankan kepada peserta didik agar dapat memberi penghargaan kepada teman yang sedang membaca puisi, misalnya dengan tepuk tangan atau komentar bernada pujian.
c. Setelah pembacaan
Setelah pembacaan puisi, guru perlu memberi komentar-komentar yang bersifat pencerahan. Berilah saran kepada peserta didik, bagian-bagian mana dari puisi yang pembacaannya perlu diperbaiki. Tidak kalah adalah menanamkan apresiasi pada pribadi siswa agar dapat menghargai karya sastra, dalam hal ini puisi. Sebab di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2017/2018 disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran sastra adalah menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
E. Penutup
Demikianlah uraian singkat tentang bagaimana membaca puisi karya sendiri. Di atas semua itu, sebenarnya pembelajaran membaca puisi merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada guru untuk mengeksploitasi kemampuan dan kreativitas. Apa yang telah dikemukakan hanyalah salah satu cara dari banyak cara yang belum ditemukan. Semoga melalui kegiatan KKG, ditemukan banyak teknik/strategi/pendekatan yang lebih menarik minat dan perhatian siswa sehingga pembelajaran membaca puisi karya sendiri dapat berhasil dengan memuaskan.***
Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima
Baribin, Ny. Raminah. 1990. Teori dan Apresiasi Puisi. Semarang: IKIP Semarang Press
Damono, Sapardi Djoko. 1983. Perahu Kertas. Jakarta: Balai Pustaka
Hartoko, Dick. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Hutomo, Suripan Sadi. 1997. Ziarah ke Dunia Penyair. Malang: Yayasan Mitra Alam Sejati (MIAS)
Ismail, Taufik. 2003. Penulisan Puisi (Modul Pegangan Peseta Diklat Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra MMAS) pada Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra Jakarta)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar/Madrasah Ibdidaiyah 2017/2018.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori dan Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pradopo, Rahmat Djoko. 2006. Mitos Kentut Semar. Yogyakarta: Poetindo
Ragilputra, Turiyo. 2011. Surat Perdamaian (Kumpulan Puisi). Surabaya: Iravi Jaya
Simatupang, Iwan. 1993. Ziarah Malam, Sajak-sajak 1952 – 1967. Jakarta: Grasindo
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
0 Response to "Bagaimana Guru Melaksanakan Pembelajaran Membaca Puisi Pada Anak Didiknya"
Post a Comment